Rabu, 15 April 2009

Manajemen SAR

PENDAHULUAN

OPERASI SAR adalah suatu tindakan pada kejadian khusus yang diperlukan adanya suatu kerjasama, koordinasi dan penjabarannya menjadi suatu bentuk kegiatan operasi yang serasi, efektif, dan berdaya guna. Sehingga dalam suatu kejadian SAR diperlukan personil yang mempunyai kriteria-kriteria tertentu yang mengutamakan kemanusiaan diatas segala-galanya, walaupun tidak mengabaiakan faktor keselamatan personil bersangkutan.

Bentuk penerapan dari alenia diatas jelas bahwa seorang personil SAR diharuskan mau dan mampu berkorban baik waktu, fisik, pemikiran, bahkan materi guna suksesnya suatu operasi SAR. Selain hal itu juga perlu ditekankan bahwa personil SAR diharuskan mengutamakan kepentingan kerja team, mematuhi kaidah-kaidah dan prosedur yang berlaku dan baku, serta tidak mempunyai pamrih apapun baik materiil maupun popularitas individu.

Tulisan ini dibuat untuk pengetahuan tentang SAR dan operasi SAR, khususnya menejemen operasi SAR di Indonesia yang bisa diterapkan pada unit SAR Bantu Darat atau juga bisa digunakan untuk operasi SAR Hutan Gunung.

ORGANISASI OPERASI SAR

I. PENDAHULUAN

Keberhasilan suatu operasi khususnya operasi SAR tergantung antara lain pada penerapan prosedur-prosedur yang berlaku dan dukungan oleh organisasi yang baik dan efektif.

UMUM

Untuk melaksanakan tugas operasi SAR, diperlukan adanya prosedur operasi yang benar dan koordinasi yang mantap, sehingga akan dihasilkan suatu operasi yang efektif dan berhasil baik.

Dalam menangani suatu musibah, dikenal adanya organisasi dan komponen yang baku dalam organisasi tersebut, sedangkan besar kecilnya organisasi operasi disesuaikan dengan jenis musibah dan wilayah yang ditanganinya.

Seperti telah diuraikan diatas bahwa bentuk bagan organisasi operasi dapat dibuat sesuai kebutuhan yang ada sehingga operasi tersebut dapat seselektif mungkin dan mencapai hasil yang maksimal.

  1. SEARCH AND RESCUE MISSION COORDINATOR (SMC)

Tugas seorang SMC adalah melaksanakan evaluasi kejadian musibah, perencanaan operasi, mengendalikan operasi secara keseluruhan. SMC ditunjuk atau diangkat sejak adanya kejadian SAR sampai dengan operasi dinyatakan selesai.

SMC bertanggungjawab kepada SKR atau KKR yang menunjuknya. Untuk lebih rincinya, tugas seorang SMC adalah:

Ø Mempelajari semua informasi yang dapat dikumpulkan, yang berkaitan dengan misi operasi.

Ø Menggolongkan misi SAR bertahap-tahap darurat yang tepat, apabila hal ini belum dilakukan.

Ø Menyiagakan fasilitas SAR yang tepat, dan organisasi SAR yang akan sangat diperlukan dalam dan selama opersai SAR bertanggungjawab.

Ø Memberangkatkan unit SAR (SRU), bilamana keadaan menghendaki demikian.

Ø Melaksanakan perencanaan untuk operasi SAR.

Ø Memberikan briefing pada anggota unit SAR (SRU), Menunjuk OSC, debriefing bagi unit SAR, dan dukungan sampai operasi selesai.

Ø Menentukan jaring kendali komunikasi, kanal-kanal (saluran) yang dipakai, monitoring semua kanal yang dipergunakan.

Ø Melaksanakan pencatatan semua usaha operasi beserta perkembangannya, tindakan yang diambil dan lain-lain.

Ø Bilamana diperlukan meminta tambahan SRU

Ø Melaksanakan pengendalian operasi SAR terhadap semua unsur.

Ø Memberikan laporan situasi (Lapsit) ke SC, SKR/KKR paling tidak satu kali dalam satu hari, dan pada saat-saat perkembangan yang penting terjadi. Laporan Situasi dilaporkan bernomor urut.

Ø memberikan debriefing akhir kepada unit-unit SAR dan mengembalikan fasilitas dan organisasi SAR yang terlibat, dan memberitahukan bahwa misi SAR telah selesai.

Ø Berkonsultasi dengan SKR/KKR sebelum menyatakan untuk menghentikan usaha yang tidak berhasil.

Pada kasus musibah penerbangan dan pelayaran, seorang SMC harus memiliki kwalifikasi sebagai seorang SMC yang dikeluarkan oleh BADAN SAR NASIONAL. Sedangkan untuk operasi SAR yang sifatnya rekreatif (musibah pendakian, musibah sungai, pantai, dll) tidak diperlukan kwalifikasi seketat musibah penerbangan dan pelayaran.

Didalam melaksanakan tugasnya, SMC dibantu oleh beberapa staff yang memiliki tugas yang spesifik dan khusus sehingga jalannya operasi lancar dan sukses. Adapun staff SMC tersebut adalah:

a) Perwira Komunikasi (operator radio)

Tugasnya adalah mengoperasikan radio komunikasi yang digunakan baik untuk jaring komando dan pengandali maupun untuk jaring koordinasi. Operator radio bertanggung jawab tentang kelancaran lalu lints berita yang sangat berperan dalam suatu operasi SAR. Operator Radio bertanggung jawab terhadap SMC.

Perwira Nafigasi (navigator)

Tugasnya adalah melakukan pengeplotan peta dimana musibah terjadi dan operasi SAR dilakukan sesuai dengan perkembangan operasi yang terjadi dan rencana-rencana operasi yang akan dilakukan sesuai denga perhitungan dan perencanaan SMC. Seorang nafigator bertanggung jawab terhadap SMC.

Perwira Briefing

Tugasnya adalah mewakili SMC untuk melakukan briefing kepada OSC maupun SRU yang akan diberangkatkan maupun menerima debriefing dari SRU yang telah kembali ke Pos Komando dari misi pencarian.

SAR Mission Information Officer (SMIO) atau Humas Operasi SAR

Tugasnya adalah sebagai penghubung antara masyarakat dengan organisasi operasi, yang dimaksud disini adalah setiap berita yang keluar, baik untuk pers (media massa) maupun keluarga korban dan juga untuk instansi-instansi diluar organisasi operasi adalah menjadi tanggung jawab seorang SMIO. Atau dengan kata lain seorang SMIO bertanggungjawab tentang pemberitaan perkembangan operasi yang sedang berlangsung.

ON SCREEN COMMANDER (OSC)

OSC ditunjuk oleh SMC untuk koordinasi dan pengaturan suatu operasi SAR tertentu ditempat kejadian, bila area pencariannya cukup luas dan mengerahkan cukup banyak SRU/dari berbagai unit SAR. OSC berwenang menambah, mengurangi merubah formasi SRU yang akan dibawah komandonya dan berwenang mengubah pola pencarian yang telah ditetapkan sebelumya sesuai dengan perkembangan yang ada dilapangan. OSC bertanggung jawab kepada SMC.

Secara umum OSC bertugas :

1. Melaksanakan rencana operasi SAR yang dibuat oleh SMC.

2. Mengadakan perubahan pada rencana operasi apabilla dipandang perlu untuk menyesuaikan dengan keadaan ditempat kejadian yang mungkin sudah berubah.

3. Memegang kendali operasi dari semua unit SAR yang ditunujuk diarea pencariannya, mengkoordinir semua unit SAR.

4. Mengirim laporan situasi secara berkala ke SMC. Laporan situasi pertama segera dilaporkan

setelah tiba dilokasi/setelah memegang tugas sebagai OSC. Disertai laporan cuaca setempat.

5. Menyelanggarakan hubungan komunikasi dengan seluruh SRU dan menerima laporan dari SRU secara berkala.

6. Menerima laporan dugaan waktu tiba dilokasi bagi unit SAR, yang meliputi dugaan waktu tiba dilokasi pencarian, kemampuan komunikasi, lama pencarian.

7. Menyelenggarakan briefing awal bagi unit SAR yang datang.

8. Menerima dan mengevaluasi laporan dari semua unit SAR,mengkoordinasikan dan memerintahkan semua unit SAR.

9. Bila dilakukan penggantian OSC, maka harus membriefing OSC yang baru.

SEARCH AND RESCUE UNIT (SRU)

SRU adalah satu komponen dalam operasi SAR yang secara nyata melaksanakan operasi SAR di lapangan. Wewenang SRU adalah terbatas pada pelaksanaan tugas pencarian di lapangan dan dibawah koordinasi OSC/SMC. Tetapi dalam hal ini tidak menutup kemungkinan memberikan masukan ataupun usulan kepada OSC/SMC tentang kemungkinan sistim atau pola pencarian yang lebih selektif.

Selain melaksanakan tugas pencarian, SRU jugha diwajibkan melapor kepada OSC/SMC secara berkala dan juga melaporkan perkembangan pencarian dilapangan. Penarikan atau penggantian SRU dilakukan oleh OSC/SMC, atau atas usulan dari SRU yang bersangkutan, apabila SRU tersebut tidak dapat melanjutkan operasi karena hal-hal tertentu. SRU yang diganti diwajibkan melakukan briefing kepada SRU penngganti tentang perkembangan operasi terakhir didaerah operasinya.

Untuk lebih rincinya tentang tugas SRU adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan rencana operasi sesuai yang telah direncanakan.

2. Memberitahukan kepada OSC/SMC saat tiba didaerah operasi, perkiraan lama mengadakan operasi.

3. Melaporkan secara berkala dan melaporkan perkembangan operasi di lapangan termasuk cuaca dan medan yang di daerah pencarian.

4. Lapor segera setelah ada kontak dengan obyek yang dicari sesuai dengan prosedur yang berlaku.

5. Menyiapkan peralatan untuk menandai posisi semua perjumpaan.

Selain komponen-komponen dalam suatu misi SAR, yaitu SMC beserta staffnya, OSC dan SRU, yang tidak kalah pentingnya adalah base camp atau Basis Operasi SAR atau Pos Komando Operasi. Didalam Pos Komando Operasi selain terdapat komponen-komponen di atas, juga ada unsur-unsur yang sifatnya mendukung kelancaran operasi tersebut. Sedangkan komponen pendukung tersebut adalah:

1. Komandan Pos Komando Operasi

Bertugas memimpin Pos Komando tersebut dan menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk mendukung kelancaran jalannya operasi. Sedangkan dalam tugasnya Komandan Pos Komando Operasi dibantu oleh Koordinator dapur umum, Kooordinator umum, kesehatanmdan back up emergency team.

2. Koordinator Dapur Umum

Bertugas menyediakan fasilitas konsumsi dan perbekalan dalam suatu operasi.

3. Koordinator Umum

Bertugas mengkoordinir pengadaan sarana dan prasarana yang mungkin dibutuhkan dalam suatu operasi.

4. Kesehatan

Selain bertugas sebagai back up emergency, juga bertugas mengawasi dan menangani kesehatan terhadap semua pelaku operasi.

5. Back Up Emergency Team

Yang terdiri dari satu team atau lebih yang bertugas mengadakan pertolongan apabila sewaktu-waktu terjadi sesuatu terhadap semua pelaku operasi.

TAHAP KEGIATAN SAR

Untuk keberhasilan suatu operasi SAR, maka harus dilalui tahapan-tahapan kegiatan. Kecepatan pelaksanaan kegiatan, setiap tahapan mempengaruhi kecepatan penanganan musibah. Kegiatan pada tahap pertama dimulai sejak adanya berita musibah atau diketahui adanya keadaa darurat dan kegiatan akan berakhir saat operasi SAR dinyatakan selesai dan ditutup.

AWARENESS STAGE (TAHAP MENYADARI)

Tahap ini adalah tahap dimana telah diketahui suatu keadaan darurat / musibah yang mengancam keselamatan dini dari pos-pos siaga SAR atau disampaikan berita-berita musibah oleh instansi / organisasi atau masyarakat ke BASARNAS/KKR/SKR/SARDA.

Informasi/berita awal yang disampaikan dalam waktu yang tepat tentang situasi kesulitan yang dihadapi akan dapat mencegah terjadinya musibah / kedaan darurat yang lebih lanjut.

Dalam setiap keadaan darurat, tindakan dapat segera diambil setelah dikatahui jenis musibah dan lokasi kejadiannya. Untuk itu, setiap informasi / berita yang diterima harus diarahakan untuk dilengkapi data-data tentang kejadian dan penentuan lokasi musibah. Maka penggunaan sarana komunikasi berperan penting untuk meyakinkan informsai/berita ytag diterima.

Pencatatan data-data kejadian harus dilakukan dengan menggunakan format yang telah ditentukan secara sistematis. Setiap petugas pencatat data harus mendahulukan pengumpulan data utama sehingga bila karena suatu sebab komunikasi terputus, proses penanganan musibah tetap dapat berlangsung.

Pencatatan Data Musibah

Pencatatan data musibah adalah sebagai berikut:

1. Data-data personil yang tertimpa musibah, jumlah, asal perhimpunan/club,dll.

2. Posisi kejadian.

3. Jenis musibah (kecelakaan, tersesat,dll)

4. Tanggal waktu musibah.

Keempat data diatas adalah data utama yang harus segera didapat untuk dapat memulai usaha pencarian dan pertolongan / penyelamatan:

1. Data lengkap personil tentang kemampuan survival, perlengkapan yang dibawa, bekal dan perlangkapan pendukung yang tersedia, tingakat keparahan luka (bila mengalami kecelakaan).

2. Tanggal waktu berangkat, rencana perjalanan, tanggal dan waktu tiba di tujuan, jumlah personil yang terlibat, persiapan yang dilakukan (termasuk alkom, alat navigasi dan peta, bekal makan dan minum, perlengkapan penunjang yang lain)

3. Frekuensi radio yang digunakan bila membawa alkom.

4. Cuaca ditempat kejadian, keadaan luar saat itu ditempat kejadian.

5. Bantuan yang mungkin diperlukan.

6. Bantuan yang telah diberikan.

7. Data-data pelapor pertama (nama, alamat, nomor telepon, nama panggilan/call-ighn)

8. tanggal waktu laporan pertama.

9. Kemungkinan penyimpangan jadwal/rencana perjalan.

10. Perlengkapan navigasi yang ada.

11. Perlengkapan survival yang ada, termasuk persediaan makanan dan air.

12. Keterangan lain: alamat keluarga, perhimpunan/club.

Data Cuaca

Sangat penting untuk dilengkapi dalam suatu operasii SAR, data-data tersebut meliputi:

1. Keadaan awan, ketinggian, dan perubahan yang terjadi.

2. Keadaan hujan (mulai dan akhir)

3. Jarak pandang (visibility) serta adanya penghalang (kabut,asap, dll)

4. Keadaan angin, arah dan kecepatannya, serta perubahan-perubahan yang terjadi.

INITIAL ACTION STAGE (TAHAP TINDAKAN AWAL)

Pada tahap ini tindakan yang dilakukan adalah:

Evaluasi Kejadian / Musibah

Evaluasi kejadian/musibah dilakukan dengan menentukan tingkat keadaan darurat berdasarkan penilaian terhadap informasi/berita yang diterima serta pengalaman untuk dapat memberikan tanggapan (respons) yang cepat. Keraguan data yang diterima akan menyulitkan evaluasi dan memakan waktu dalam pertimbangan-pertimbangan untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi musibah meliputi:

1. Keadaan cuaca (saat musibah terjadi dan saat usaha pencarian/pertolongan akan dilakukan, termasuk jarak pandang.

2. Waktu kejadian (kejadian pada malam hari menyulitkan pencarian/pertolongan)

3. Kondisi medan/lingkungan dilokasi musibah.

4. Fasilitas yang tersedia.

5. Perkiraan keadaan korban.

FAKTOR CUACA

Keadaan cuaca yang buruk dilokasi musibah dan sekitarnya merupakan pembatas waktu melaksanakan operasi SAR.

Keadaan tersebut menyulitkan pencarian dan dapat mengakibatkan stress bagi petugas-petugas lapangan sehingga kegiatan pencarian dan pemberian pertolongan menjadi kurang efisien. Selain itu hal tersebut merupakan faktor yang dapat membahayakan keselamatan unit-unit SAR. Oleh karena itu, data-data ramalan cuaca harus didapatkan segera/dalam penyapuan, lama waktu pencarian yang tepat dan efisien.

FAKTOR WAKTU PADA USAHA PENCARIAN / PERTOLONGAN

Menurut data statistik musibah yang ada, diketahui bahwa pada 24 jam pertama kemungkinan survivor untuk tetap hidup adalah 80%, dan kemungkinan hidup tersebut akan menurun dengan cepat setelah 3×24 jam pertama. Hal ini akan lebih cepat lagi bila korban dalam keadaan luka-luka, terutama dalam keadaan luka parah. Dengan demikian tindakan yang cepat dan cenderung mengerahkan unsur yang lebih banyak merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.

Pencarian pada siang hari pada umumnya dilakukan terutama oleh unit-unit unsur pencari yang tidak dilengkapi dengan alat bantu deteksi elektronik dimana pencarian hanya bisa dilakukan dengan visual. Sedangakan pencarian pada malam hari, diperlukan lebih banyak peralatan dan skill unit pencari, dan hanya bisa dilakukan untuk medan-medan datar, open grade, dan area yang sempit.

FAKTOR LINGKUNGAN DISEKITARNYA.

Faktor ini menentukan kemungkinan agar survivor tetap hidup yang berkaitan dengan batas waktu usaha pencarian/pertolongan. Misalnya pengaruh suhu udara, suhu air, kelembaban, kecepatan angin, arus, dll. Kemempuan bertahan hidup suvivor juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik maupun psikis survivor yang bersangkutan, juga yang tidak kalah pentingnya adalah semangat untuk tetap hidup dan kreatifitas untuk menyiasati keadaan dan lingkungan.

Daya tahan yang menurun karena penurunan suhu tubuh (Hypothermia), yang disebabkan oleh suhu udara, suhu air yang rendah dan tiupan angin dingin adalah salah satu faktor penyebab utama kematian pada korban musibah, terutama korban musibah pelayaran, dimana survivor harus berendam di perairan yang dingin, yaitu dibawah suhu 34° C. Sedangkan data yang dikeluarkan oleh HO 225- The Defance Mapping Agency “Atlas of The Sea Surface Temperature”. Menerangkan bahwa suhu air laut terpanas adala 29° C.

FAKTOR KESULITAN MEDAN

Faktor kesulitan medan merupakan faktor penting dalam menentukan metode pencarian/pertolongan. Untuk medan pegunungan, pencarian hanya dapat dilakukan pada siang hari. Pada medan yang berhutan lebat, sangat menyulitkan pencarian secara visual.

FAKTOR FASILITAS YANG TERSEDIA

Fasilitas yang tersedia agar diarahkan pada sasaran untuk mencapai hasil kerja yang efektif dimulai dengan:

1. Pemilihan unti SAR (dengan memperlihatkan kemampuan navigasi dan pengalaman di lapangan).

2. Kemampuan komunikasi antara SMC/OSC dengan unit-unit SAR di lapangan.

3. Jumlah, mutu peralatan dan perlengkapan lapangan, termasuk perlengkapan survival, alat untuk isyarat darurat (flare, smoke, pulyn panel,dll) bagi unit SAR.

4. Setiap personil pada unti SAR harus siap menghadapi resiko dengan tetap memperhatikan keselamatan dirinya.

FAKTOR KEADAAN SURVIVOR

Dari data statistik terlihat bahwa 60% korban mendekati luka-luka dan 25% diantaranya berada dalam keadaan kritis (gawat darurat), dan hampir seluruhnya akan mengalami shock menghadapi situasi yang terjadi dalam waktu beberapa saat, bahkan mungkin terdapat korban meninggal.

Penyiagaan fasilitas SAR dilakukan setelah ada evaluasi berita musibah yang diterima. Bila telah dinyatakan tingkat keadaan darurat I (INCERFA), maka unit SAR segera diberangkatkan. Untuk pemberangkatan unit SAR, maka ada 3 kemungkinan yang dapat dipilih oleh seorang SMC, yaitu:

1. Pemberangkatan unit SAR secepatnya dan menyiagakan fasilitas SAR untuk tindakan selanjutnya.

2. Menyiagakan fasilitas SAR untuk sewaktu-waktu diberangkatkan.

3. Memberikan informasi pada fasilitas SAR selama evaluasi/penilaian kebenaran laporan musibah yang dilakukan.

PLANNING STAGE (TAHAP PERENCANAAN)

TAHAP PERENCANAAN

Setelah tindakan penyiagaan fasilias SAR dilakukan, maka tindakan selanjutnya ialah tahap perencanaan. Pada tahap ini, segera dilakukan evaluasi dengan mempelajari semua keterangan yang ada, berupa:

1. Rencana perjalanan

2. Keadaan cuaca dan medan

3. Kemungkinan gangguan komunikasi

4. Berita dan posisi terakhir yang diketahui (last known Position)

5. Kemampuan obyek dalam menghadapi keadaa-keadaan yang tidak menguntungkan.

6. Fasilitas SAR yang tersedia dan telah disiagakan.

Pada Tahap ini sudah perlu ditunjuk seorang SMC yang akan mengkoordinir dan mengendalikan pelaksanaan atau opersai SAR.

RENCANA PENCARIAN

Rencana pencarian dibuat melalui pertahapan sebagai berikut:

1. memperkirakan datum (posisi duga) yang paling mungkin (most Probable Position)

2. Menghitung luas area pencarian.

3. Menentukan pola pencarian yang tepat.

4. Menentukan posisi liputan (coverage area) yang diinginkan.

5. Membuat rencana pencarian berdasarkan kesiapan dan kemampuan unit SAR yang tersedia.

Perencanaan Pencarian memerlukan pertimbangan dari:

1. Faktor lingkungan tempat kejadian musibah.

2. Ketepatan laporan posisi kecelakaan.

3. Tersedianya fasilitas SAR.

4. Jangka waktu sejak kejadian musibah sampai dengan operasi SAR diaktifkan.

Perencanaa-perencanaan ini diperlukan setiap saat untuk ketepatan pemberangaktan unit-unit SAR.

Dalam usaha penentuan datum dan luas area pencarian, diperlukan pengetahuan tentang vektor (berbagai gaya yang bekerja/mempengaruhi posisi korban), menggunakan perhitungan secara aljabar, penggunaan nomogram dan penggunaan tabel-tabel dan grafik-grafik (khusus untuk kasus kecelakaan pesawat udara dan kapal laut).

AREA PENCARIAN

Dalam hal ini pertama kali ditentukan titik datum yang kemudian kita buat lingkaran disekelilingnya dengan jari-jari yang dihitung berdasarkan nilai total kemungkunan kesalahan (total probable error) dan memperhitungkan adanya faktor safety.

Dengan membuat lingkaran tersebut diharapkan bahwa sasaran yang akan kita cari minimum 50% kemungkinannya ada dalam area tersebut. Bila pada area yang ditentukan tidak berhasil ditemukan, maka area ini dapat diperluas sampai lima kali pembesaran.

Setelah dilakukan perluasan area dan tidak ditemukan, maka dapat dianggap sasaran yang kita cari tidak berada didaerah tersebut sehungga dapat ditentukan daerah baru yang dapat mendukung.

Dari luas daerah pencarian tersebut maka dapat ditentukan unit SAR apa yang paling cocok untuk usaha pencarian, selain itu juga jumlah unit SAR yang diperlukan.

Ingat faktor kecepatan dan usaha pencarian adalah kunci keberhasilan suatu operasi SAR.

Luas daerah pencarian selain diperlukan untuk menentukan unit SAR yang akan diberangkatkan, juga untuk menghitung kebutuhan logistik, pendukung, back up personil dan lain sebagainya.

RENCANA OPERASI PENCARIAN

Setelah selesai dilakukan perhitungan dan ploting, maka SMC segera membuat rencana operasi pencarian. Dalam perencanaan tersebut digunakan formulir rencana pencarian (Search Palnning Work Sheet). Pada dasarnya terdapat 6 subyek yang specifik pada pengisian formulir tersebut, Syaitu penjelasan tentang:

1. Situasi

2. Area pencarian

3. Pelaksanaan dan rencana pencarian.

4. Koordinasi yang diperlukan.

5. Komunikasi

6. Pelapor

Dalam penjelasan tentang situasi, termasuk didalamnya:

1. Keadaan musibah

2. Posisi terakhir yang diketahui.

3. Data terperinci tentang sasaran yang dicari.

4. Alat bantu deteksi yang ada.

5. Peralatan survival yang dimiliki survivor.

6. Cuaca saat ini, dan perkiraan cuaca yang akan datang.

7. Unit-unit SAR yang siap diberangkatkan kelokasi.

Penjelasan tentang area pencarian secara terperinci antara lain:

a. Penentuan datum dan kuas area pencarian.

b. Pembagian area pencarian untuk masing-masing unit SAR dan waktu yang dibutuhkan.

Pelaksanaan Operasi pencarian antara lain meliputi:

1. Pembagian area dan unit-unit yang ditugaskan.

2. Pola yang akan digunakan pada awal pencarian tersebut.

3. Penentuan titik awal pencarian.

4. Waktu yang diperkirakan.

5. OSC yang ditunjuk bila diperlukan.

Koordinasi dilapangan/pada area pencarian terdiri dari :

1. Penentuan OSC (bila diperlukan)

2. Pengawasan penggantian operasi selama SRU dalam perjalanan ke area pencarian (CHOP / Changes of Operational Control)

Koordinasi dalam kegiatan pencarian meliputi:

1. Koordinasi di lokasi dilakukan oleh SMC, bila SMC tidak mampu mengendalikan dari posko, maka ditunjuk OSC dari unit SAR yang mempunyai kemempuan sebagaimana yang ditentukan dan bukan senioritas.

2. Bila diperlukan penggantian pengendalian dan pengngantian unsur operasi (CHOP) pada perjalanan menuju lokasi musibah maupun pada perjalanan pulang, harus dilakukan dengan satuan induknya. Hal ini harus tercantum dalam rencana pencarian oleh seorang SMC.

3. Bila cuaca yang diperkirakan tidak sama dengan yang diharapkan, maka rencana yang dibuat mungkin tidak efektif untuk dilaksanakan. Dalam hal ini SMC harus membekali OSC dengan pengarahan kapan rencana pencarian harus dilakukan dan kapan dapat dilaksanakan perubahan.

Dari rencana operasi ini kemudian akan disusun formulir briefing.

OPERATION STAGE

(TAHAP OPERASI)

Operasi Pencarian

Pada pelaksanaan operasi SAR dapat dibagi menjadi :

1. operasi pencarian tanpa operasi pertolongan (karena korban tidak ditemukan).

2. operasi pertolongan tanpa operasi pencarian (lokasi musibah diketahui dengan pasti).

3. operasi pencarian yang dilanjutkan dengan operasi penyelamatan/pertolongan.

Dalam pelaksanaan operasi SAR terdapat tahap-tahap kegiatan yang harus dilakukan, yaitu:

* breifing pencarian

* Pemberangkatan SRU

* Perjalanan SRU menuju area pencarian

* Bila menemukan sasaran

* Bila perlu penggantian SRU

* Penarikan SRU ke posko

* Debreifing SRU

Semua ini harus diketahui dengan baik oleh SMC.

Briefing Pencarian

Breifing pencarian harus dilakukan terhadap SRU yang akan ditugaskan pada operasi pencarian. Tanpa breifing akan membuang waktu, tenaga, dan biaya yang percuma dan mungkin akan membahayakan SRU tersebut. Pada pelaksanaan breifing dapat dilakukan oleh SMC. Staff SMC (breifing officer/perwira breifing) yang ditunjuk. Breifing untuk SRU udara dan darat, sebaiknya dilakukan sebelum berangkat, sedang untuk SRU laut, dapat diberangkatkan terlebih dahulu kemudian diadakan breifing dalam perjalanan.

Breifing pada Operasi pencarian

Dilakukan oleh SMC atau staffnya. Untuk dapat memberikan breifing dengan baik digunakan check list sebagai berikut:

Situasi

* Keadaan darurat/distress

* Jumlah survivor

* Sasaran pencarian

* Data terperinci tentang sasaran

* Posisi akhir yang diuketahui (last known position)

* Peralatan survival yang dibawa

* Perkiraan keadaan

* SRU yang terlibat

Cuaca

* Pada saat musibah terjadi

* Perkiraan cuaca pada saat pencarian akan dilakukan

* P cuaca untuk keesokan harinya

* Bahaya/ancaman dari keadaan cuaca yang akan dihadapi

Area pencarian

* Luas area yang akan diliput

* Tanda-tanda

* Ukuran

* Sumbu utama gerak pencarian

* Perjalanan pencarian

* Titik awal pencarian (CPS/commence search point)

* Bahaya dari keadaan medan yang akan dihadapi

Pola pencarian

* Penjelasan pola

* Track spacking

* Kemungkinan menemukan probabelity of detection (POD)

* Ketepatan navigrasi

* Kecepatan

Penunjuk tugas

Penunjukan tugas pesawat, kapal, regu darat yang ditugaskan, SRU cadangan yang ditunjuk, jumlah waktu yang diperlukan dari pangkalan/posko ke daerah pencarian dan kembali lagi, waktu duga ditempat yang dikehendaki, penggantian SRU di lokasi.

Pemberangkatan unit SAR

SRU sudah dapat disiapkan ketika SMC membuat perencanaan, pada saat ini breifing tambahan diberikan antara lain berupa:

* Perkembangan terakhir

* Sasaran pencarian

* Penambahan/perluasan/perubahan daerah pencarian

* Pola pencarian

* Jadwal pelaporan pada operasi normal

* Data cuaca terakhir di daerah pencarian

* Titik awal pencarian

* Informasi khusus pada operasi terpadu

Perjalanan SRU ke area pencarian, secara umum perlu memperhatikan keadaan yang mendukung agar operasi pencarian dapat bekerja dengan baik. Harus pula disiapkan peta dan kebutuhan ploting.

Perjalanan ke area pencarian

Perjalanan ke area pencarian, pengendalian akan dilkukan ole SMC atau OSC pada SRUmulai beberapa saat sebelum memasuki daerah pencarian.

Waktu yang dibutuhkan dari pangkalan ke lokasi pencarian harus diketahui oleh SMC untuk peningkatan efektivitas dalam pengerahan unsur.

Pelaksanaan Pencarian

Pelaksanan pencarian segera dilakukan setelah SRU tiba di titik start pencarian, sesuai dengan pola pencarian yang telah ditentukan. Bila situasi berubah dengan cepat, dan SMC belum merubah rencana secara lengkap oleh SMC. Perubahan apapun juga dilakukan oleh OSC/SRU harus dilaporkan secara rinci kepada SMC. Dan laporan ini akan digunakan oleh SMC sebagai masukan untuk menentukan langkah selanjutnya secara akurat dan efisien.

SRU/OSC diharuskan melaporkan secara berkala kepada SMC tentang perkembangan yang terjadi dan hambatan yang timbul, dan kemungkinan pemecahan atau jalan keluar yang bisa ditempuh.

Laporan situasi tersebut meliputi:

* Posisi SRU (koordinat)

* Situasi dan perkembangan yang terjadi.

* Tindakan yang diambil, dan hasil penyapuan.

* Rcana pencarian berikut dan saran-saran serta permintaan bentuan yang diperlukan.

* Status kejadian, misal:

a. Operasi dihentikan karena telah berhasil menemukan survivor, dan telah dilakukan pertolongan .

b. Operasi dihentikan untuk menunggu perkembangan tugas selanjutnya.

c. Operasi dihentikan karena faktor medan / cuaca, dan menunggu perintah selanjutnya dari SMC.

Prosedur yang harus dilakukan bila melihat korban hidup antara lain:

1. Jaga jangan sampai korban hilang dari pandangan.

2. Beri tanda posisi tersebut secepatnya, laporkan ke SMC/OSC.

3. Arahkan SRU yang lain khususnya unit penolong ke lokasi dengan radio komunikasi, melalui SMC/OSC.

4. Usahakan agar survivor mengetahui bahwa dirinya sudah ditemukan.

5. tentukan posisi survivor.

Pada saat menemukan survivor, segera dibuat laporan pada SMC/OSC, isi laporan adalah:

1. Posisi survivor

2. Identitas survivor

3. Keadaan fisik

4. Cuaca dan keadaan medan

5. Jenis peralatan darurat yang digunakan oleh survivor

6. Jenis peralatan darurat yang diperlukan.

Penggantian SRU di daerah pencarian harus didahului briefing terhadap SRU tersebut. Sesuai dengan prosedur SRU pengganti akan mendapat briefing tambahan dari OSC, menjelang tiba di lokasi pencarian. Setiap SRU apabila dalam keadaan memaksa dapat ditunjuk sebagai OSC.

Penyiapan SRU dapat Meliputi:

1. Jadwal pencarian (search schedule)

2. Peralatan yang dibutuhkan.

3. Transportasi kelokasi.

4. makanan, air, dan kebutuhan pendukung lainnya

5. Base camp kegiatan.

6. Jumlah team/SRU yang dibutuhkan

7. Luas area pencarian

8. Penghitungan seluruh jumlah waktu, personil yang dubutuhkan untuk penyapuan pada seluruh area pencarian.

9. Arah dan lintasan pencarian.

10. Track spacing

11. Titik awal dan titik akhir penyapuan.

12. Tugas-tugas yang diberikan pada team pencari selama jangka waktu yang diberikan.

Penyiapan Base Camp, disarankan pada lokasi dimana batas terakhir dari jangkauan komunikasi didekat lokasi pencarian. Penggunaan Base Camp dimaksudkan untuk menjamin kemampuan maksimal dari SRU untuk bertahan dilokasi selama operasi pencarian, karena dapat digunakan untuk beristirahat secara periodik sesuai penjadwalan.

Personil pencari/anggota SRU harus dipilih dengan seksama yang meliputi:

* Stamina fisik yang prima

* Pengetahuan tentang kegiatan di alam bebas yang baik

* Pengalaman dalam pencarian

Kemudian baru ditentukan jumlah sesuai dengan kebutuhan

Komposisi yang baik adalah terdiri dari:

1. Pimpinan regu (team leader), diutamakan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman cukup dalam operasi pencarian. Tugasnya adalah menjaga kelangsungan komunikasi dengan SMC, memelihara data-data yang diperlukan untuk pencarian, menyimpan peta yang akan digunakan, dapat memberikan briefing kepada anggota team, bertanggung jawab terhadap:

a. Perlengkapan perorangan

b. Perlengkapan regu

c. Menjaga jadwal komunikasi (primer/alternatife)

d. Menjaga semua data pencarian yang didapat dari SMC, termasuk peta.

e. Mencatat semua area/lintasan yang telah dilalui (area yang sudah diliput)

f. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana

g. Dapat mencari lintasan keluar(jalan keluar) bila korban ditemukan.

2. Petunjuk jalan (guide) diperlukan orang-orang yang memang sudah mengenal medan dan lokasi daerah tersbut (bila memungkinkan/bersedia)

3. Flares (pemberi tanda sisi) dilengkapi dengan alat komunikasi, peluit, peta.

4. Lineman (pembuat jejak) dilengkapi dengan peluit dan memberi tanda (memasang marker) pada daerah yang sudah diliput (tercover)

Penentuan track spacing untuk pencarian dipengaruhi oleh:

1. Ukuran dan warna sasaran

2. Keadaan medan

3. Cuaca

Operasi Pertolongan (Rescue Operation)

Operasi SAR tidak berakhir sampai dengan survivor (korban musibah) diketemukan, tetapi sampai dengan survivor dapat diselamatkan. Rescue Operation ini dapat dilakukan oleh SRU-SRU itu sendiri atau dilakukan oleh team khusus untuk rescue (Rescue Team). Bila yang melakukan rescue operation adalah rescue team, maka setelah posisi survivor diketemukan maka SRU yang bersangkutan melaporkan ke SMC untuk meminta pengiriman rescue team.

Kejadian yang dilakukan dalam operasi pertolongan ?penyelamatan terdiri dari:

1. Briefing bagi Rescue Team.

2. Pengiriman Rescue Team

3. Selama perjalanan menuju lokasi

4. Dukungan yang diperlukan oleh Rescue Team

5. Rescue Unit Kembali ke pangkalan.

6. Debriefing Rescue Team.

Breafing Rescue Team meliputi antara lain:

1. Situasi

2. Cuaca

3. Lintasan yang akan dilalui unit tersebut

4. Metode/cara-cara yang disarankan.

Pemberangkatan Rescue Team

Bila telah diketahui bahwa unit pencari tidak mungkin untuk sekaligus melakukan pertolongan secara lengkap, maka unit-unit pertolongan (Rescue Team) segera disiagakan. Rescue Team ini harus siap dengan kemempuannya untuk dikirim/diberangkatkan ke lokasi yang bagaimanapun juga dengan memperlihatkan faktor-faktor keamanan/keselamatan.

Selama perjalanan mencapai lokasi

Selama Rescue Team dalam perjalanan dari pengkalan menuju ke lokasi musibah akan memberikan laporan posisi kepada SMC/OSC.


Di lokasi musibah dan dukungan.

Bila terdapat lebih dari satu SRU yang tiba di lokasi musibah, maka menjadi kewajiban bahwa SRU yang pertama kali menemukan survivor harus melakukan usaha penyelamatan yang pertama kali dan SRU yang tiba berikutnya sebagai pendukung tugas yang sedang dilakukan SRU pertama. Dalam hal ini SMC/OSC harus selalu memperhatikan dan memberikan dukungan pada Rescue Team yang dikerahkan. Semua dukungan kegiatan dari Rescue Team dilakukan oleh SRU-SRU yang telah berada di lokasi, dan SRU-SRU tesebut memberikan briefing kepada Rescue Team yang datangh tentang langkah apa saja yang telah dilakukan dalam melakukan pertolongan kepada survivor.

Selam semua survivor dapat dievakuasi dan diserahkan kepada pihak yang lebih berwenang, maka operasi SAR dinyatakan selesai.


MISSION CONCLUSION STAGES (TAHAP AKHIR PENUGASAN )

Pada kegiatan akhir penugasan, dilakukan pengembalian unsur dan penyiagaan kembali, debriefing, serta evaluasi operasi.

Debriefing diberikan survivor maupun team SAR yang telah selesai bertugas.

Untuk Survivor, debriefing meliputi:

1. Pertolongan medis yang dilakukan oleh survivor itu sendiri.

2. Kegiatan yang dilakukan survivor saat menunggu pertolongan.

3. Pengalaman survivor untuk bertahan hidup (survival experience)

Sedangkan debriefing untuk tim SAR meliputi pengecekan kembali semua yang telah diberikan pada saat briefing, sehingga hasilnya dapat dianalisa dan dievaluasi untuk membuat laporan akhir penugasan.

Setelah disusun semua laporan, maka organisasi operasi dibubarkam dan dibuat/dikeluarkan pernyataan penghentian operasi SAR oleh SMC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar